Bahan Plastik, Material ini hadir dalam rumah dalam
berbagai bentuk dan susunan kimianya yang membedakan cepat tidaknya terbakar.
Material plastik sangat mudah terbakar, dan menimbulkan tetesan plastik
terbakar yang dapat menyebarkan api serta mengeluarkan gas beracun. Berbagai
material seperti pipa saluran, pintu PVC, peralatan rumah tangga, busa kasur
dan sebagainya merupakan contoh plastik dalam rumah.
Dari segi desain bangunan, sebaiknya diperhatikan bagaimana mencegah dan
menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran. Setiap rumah tangga sebaiknya
memikirkan bagaimana tindakan cepat yang harus dilakukan apabila terjadi
kebakaran, misalnya seperti rute terpendek untuk keluar rumah, adanya tangga
darurat, serta bukaan yang dapat digunakan untuk menyelamatkan diri.
PEMILIHAN MATERIAL TAHAN PANAS
Material tahan panas adalah material
yang mampu mempertahankan sifat-sifatnya atau tidak mengalami penurunan
kualitas pada suhu yang tinggi. Material tahan panas adalah material paduan
yang dikembangkan untuk aplikasi pada suhu yang sangat tinggi dengan penekanan
yang tinggi terhadap sifat-sifat seperti tensile, thermal, vibratory
atau shock dan ketahanan terhadap oksidasi. Definisi lainnya yaitu
material tahan panas adalah material yang mampu menahan beban pada suhu operasi
mendekati titik lelehnya, mampu menahan degradasi mekanik selama waktu tertentu,
serta tidak mudah bereaksi dengan lingkungan pada suhu operasi yang tinggi.
Dari beberapa definisi mengenai
material tahan panas, dapat disimpulkan bahwa material tahan panas yang
dimaksud adalah material yang berbasis pada logam, dimana logam tersebut
merupakan material paduan yang dipadukan dengan unsur-unsur paduan tertentu
untuk mendapatkan sifat-sifat sesuai dengan kebutuhan pada suhu operasi yang
tinggi.
Material logam tahan panas dapat
berupa produk wrought atau casting bergantung kepada aplikasi /
komposisi yang terkandung di dalamnya. Produk wrought adalah produk yang
melewati proses pembentukan lebih lanjut terlebih dahulu sebelum digunakan.
Proses pembentukan tersebut antara lain yaitu forging, rolling, ekstrusi
dan lain sebagainya. Sedangkan, produk casting adalah produk hasil
pengecoran. Berdasarkan komposisi unsur paduannya, produk wrought
biasanya merupakan paduan dengan komposisi paduan yang relatif rendah sehingga
lebih mudah untuk dikenai pengerjaan lanjutan untuk merubah bentuknya.
Sedangkan, produk casting merupakan paduan dengan kadar unsur paduan
yang tinggi, dimana unsur-unsur tersebut mempersulit suatu logam paduan untuk
dikenai proses perubahan bentuk, sehingga proses pembuatan yang dipilih adalah
dengan metode pengecoran.
JENIS-JENIS MATERIAL
Paduan
logam tahan panas dapat digunakan pada aplikasi yang luas, baik yang melibatkan
pembebanan tinggi, pembebanan kejut, suhu tinggi, gesekan dan lain sebagainya.
Hal ini adalah karena sifat logam dapat direkayasa sesuai kebutuhan dengan
menambahkan unsur paduan yang tepat. Salah satu klasifikasi material logam yang
telah banyak digunakan sebagai material tahan panas adalah superalloy. Superalloy
adalah material yang memang dikembangkan dengan tujuan untuk mempertahankan
kekuatannya pada temperatur tinggi (> 650 OC) untuk waktu yang
lama, memiliki kombinasi yang baik antara kekuatan tinggi dan keuletan yang
baik pada temperatur rendah, serta stabilitas permukaan yang baik. Sedangkan,
kelompok lainnya adalah material logam baja tahan panas yang dibagi menjadi
empat klasifikasi, yaitu:
- Iron - chromium, kelompok baja ini memiliki komposisi
sebesar 26-30% Cr dan <7% Ni. Kelompok ini biasa digunakan pada aplikasi
dimana kekuatan pada suhu tinggi tidak diperlukan, seperti bearing, roll,
fitting, dan lain-lain.
- Iron - chromium - nickel, kelompok baja ini memiliki komposisi
sebesar 18-32% Cr dan 8-22% Ni. Kebanyakan struktur mikronya fully γ.
Pada suhu >800 oC α membentuk σ phase yang brittle,
namun kuat pada suhu tinggi. Ketahanan creep dan rupture strength
yang tinggi dan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kadar Ni. Biasa
digunakan pada furnace.
- Iron - nickel - chromium, komposisinya 15-28% Cr dan 23-41% Ni
(Cr < Ni). Kelompok ini memiliki fasa γ yang stabil, memiliki kekuatann yang
baik pada temperatur tinggi, tahan thermal stress dan oksidasi.
Pada aplikasinya biasa digunakan sebagai chain, komponen furnace,
steam reformer dan load bearing.
- Nickel - iro - chromium, komposisi baja ini adalah 58-68% Ni
dan 10-19% Cr. Kelompok ini memiliki sifat tahan terhadap karburisasi dan
nitridasi. Karena sifatnya tersebut, maka biasanya kelompok baja ini digunakan
untuk peralatan karburisasi dan nitridasi, komponen pembakar, dan lain
sebagainya.
Unsur-unsur paduan pada logam baja
yang dapat meningkatkan sifatnya sebagai material yang akan diaplikasikan pada
suhu tinggi, yaitu:
- Nikel, Penambahan unsur nikel sampai dengan
70% dapat memberikan kekuatan dan ketangguhan pada logam baja, memicu
terbentuknya austenit yang lebih kuat dan stabil pada suhu tinggi, memberikan
ketahanan oksidasi, karburisasi, nitridasi dan thermal fatigue,
serta meningkatkan fracture toughness. Namun, dari beberapa
keuntungan yang dapat diberikan tersebut, ada juga kerugian yang dapat
diakibatkan oleh nikel yaitu menurunkan kekuatan tarik pada suhu tinggi.
- Kromium, Penambahan unsur kromium sekitar
10-30% dapat memberikan ketahanan terhadap oksidasi (scaling) pada suhu
tinggi dan tahan terhadap sulfur yang bersifat korosif. Adanya senyawa CrC
dapat meningkatkan temperatur creep dan rupture strength,
serta menigkatkan nilai UTS pada temperatur tinggi. Di sisi lain, unsur kromium
memiliki kecenderungan membentuk ferit (alpha).
- Karbon, Penambahan unsur karbon sekitar
0,20-0,75% dapat mengakibatkan disperse-strengthening dengan
membentuk karbida di dalam struktur. Semakin tinggi kadar karbon yang diberikan
dapat memberikan beberapa sifat yang menguntungkan seperti meningkatkan
kekuatan pada suhu tinggi dan ketahanan creep. Namun, karbon dapat
menurunkan ductility.
- Silikon, Penambahan unsur paduan silikon
hanya dibatasi sampai dengan 1,5%. Pemberian unsur paduan silikon dapat
meningkatkan fluiditas lelehan logam dan memberikan sifat ketahanan terhadap
korosi temperatur tinggi dan karburisasi. Tetapi, pada sisi lain silikon dapat menurunkan
nilai UTS pada suhu tinggi. Selain itu, unsur paduan silikon memiliki
kecenderungan untuk membentuk ferit.
- Molibdenum, Unsur paduan ini mampu memperbaiki
sifat creep dan rupture strength dengan cara membentuk
“karbida yang stabil”
- W, Zr, Ti dan N, Unsur-unsur ini dapat meningkatkan creep
dan stress rupture pada pemakaian komponen sampai dengan 650 oC
dengan struktur ferrit-austenit. Pada suhu aplikasi kurang dari 650 oC,
paduan memiliki struktur austenit secara menyeluruh. Adanya ferit dapat
menurunkan ketahanan creep pada temperatur tinggi. Selain itu, ferit
juga dapat membentuk fasa sigma yang berakibat menurunnya keuletan dan bersifat
getas.
REAKSI PADA SUHU TINGGI
Pada material logam tahan panas
terdapat beberapa reaksi yang mungkin terjadi ketika suhu operasi mulai
meningkat. Hal ini adalah karena sifat dasar dari material logam yang bersifat
sangat reaktif ketika suhunya mendekati suhu lelehnya. Adappun reaksi yang
mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
- Fasa sigma, Fasa sigma terbentuk pada kisaran
suhu 593-927 oC. Fasa sigma dapat terbentuk karena suatu material
memiliki fasa ferrit di dalamnya. Kerugian yang diakibatkan dari terbentuknya
fasa sigma ini adalah menurunnya ductility dan ketangguhan sehingga
apabila suatu material mendapat pembebanan impak akan mudah mengalami retak.
Cara untuk mencegah terbentuknya fasa sigma adalah dengan memilih kombinasi
unsur pembentuk fasa α dan γ dengan tepat. Tujuannya adalah agar tidak
terbentuk ferit bebas.
- Oksidasi, Pada suhu tinggi terbentuk oksidasi
sangat mungkin terjadi. Beberapa cara untuk meningkatkan ketahanan oksidasi
pada suhu tinggi adalah dengan menigkatkan kadar Cr (>25%), penambahan
25-30% Cr, <2% Si, <4% Al, Yttrium dan Cerium serta dapat juga dengan
cara penambahan Ni. Adanya penambahan Ni, walaupun Cr konstan dapat
meningkatkan ketahanan oksidasi yang tinggi. Selain itu nikel yang tinggi juga
dapat memberikan sifat kepada material tahan terhadap spalling dan juga
meningkatkan kestabilan.
- Karburisasi, Pada suhu tinggi atau sekitar
482-538 oC atmosfer CO, metana, etana dan hidrokarbon pada
lingkungan pengaplikasian material dapat membentuk karbon. Karbon tersebut
dapat bereaksi dengan unsur yang terkandung pada material seperti Cr, Nb, W, Mo
atau Ti membentuk karbida pada butir atau pun batas butir. Karbida ini bersifat
kuat, keras, tetapi brittle sehingga dapat mengakibatkan suatu material
mengalami pengurangan ductility. Selain itu, apabila karburisasi
terjadi, maka Cr pada material akan menjadi rendah sehingga secara tidak
langsung juga mengakibatkan ketahanan oksidasi dan creep berkurang.
Adapun pencegahan dari karburisasi adalah dengan mengkombinasikan Ni dan
melapisi permukaan material dengan Si, Al, Cr atau kombinasi dari ketiganya.
Kromium, nikel dan silikon adalah tiga unsur utama yang dapat meningkatkan
ketahanan paduan dari absorpsi karbon. Nikel dan silikon memberikan kelarutan
yang lebih rendah terhadap karbon dan nitrogen.
- Nitridasi, Pada suhu tinggi, jika nitrogen
bereaksi dengan Cr atau unsur lain akan dapat membentuk senyawa nitrida yang brittle.
Pencegahan dari nitridasi adalah dengan menaikkan kandungan Ni. Hal ini adalah
karena Ni sangat tahan terhadap nitridasi. Pada nikel, N memiliki kelarutan
yang rendah. Selain dengan penambahan kadar Ni, sama halnya dengan karburisasi,
nitridasi juga dapat dicegah dengan cara melapisi permukaan material dengan Si,
Al, Cr atau kombinasi dari ketiganya.
PROSES DESIGN & KRITERIA PEMILIHAN MATERIAL
Aplikasi yang membutuhkan material
tahan panas adalah aplikasi dengan suhu operasi sekitar 650-1315 oC,
dimana apabila material biasa yang digunakan maka akan mudah mengalami
degradasi, baik degradasi karena beban mekanik maupun karena korosi. Proses
design dan kriteria pemilihan untuk membuat material logam paduan yang mampu
menahan panas pada suhu tersebut adalah dengan memperhatikan beberapa faktor
yang dapat dialami material pada suhu aplikasi tersebut.
Adapun yang menjadi faktor
pemilihannya adalah sebagai berikut:
-
Tahan korosi suhu tinggi
-
Stabilitas tinggi (tahan warping , retak, thermal fatigue)
-
Memiliki kekuatan creep (plastic flow resistance)
-
Tahan stress-rupture
Selain itu, kondisi pengaplikasian
dari suatu material juga harus diperhatikan, seperti beban yang akan diterima,
atmosfir lingkungan pengaplikasian, bentuk komponen dan lain sebagainya.
Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang dapat terjadi pada material serta
kondisi pengaplikasianya, proses design yang selanjutnya adalah memilih jenis
material yang akan digunakan secara detail, seperti sifat-sifat logam utamanya
dan unsur-unsur paduannya. Tujuan dari langkah penentuan material ini adalah
untuk mendapatkan paduan yang sesuai dengan keinginan.
Pada logam paduan juga harus
diperhitungkan mengenai fasa apa yang akan terbentuk, apakah austenit yang
stabil pada suhu tinggi, ferit yang memiliki sifat lunak dan ductile atau
mertensitik yang tidak stabil pada suhu tinggi. Contoh lainnya adalah adanya
karbida/senyawa intermetalik (Ni3Al) dalam autenit yang dapat menurunkan
ductility. Untuk mencegahnya maka kita harus meninggikan kadar karbon.
Referensi
- Ashraf, Muhammad Usman. “Industrial Application of Heat
Resistant Materials”. (2010).
- Suharno, Bambang & Sri Harjanto. Bahan Kuliah Baja
Paduan dan Paduan Super: “Heat Resistant Steel”. Departemen Teknik
Metalurgi dan Material FTUI. (2010).
- Wilson, Jason. “Understanding Various Factors that
Reduce Heat-Resistant-Alloy Component Life”. Heat & Corrosion
Resistant Materials/Composites. (2007).
- Wilson, Jason. “Heat-Resistant Alloy Selection – The
Importance of microstructure Under Cycling Conditions”. Heat &
Corrosion Resistant Materials/Composites. (2008)
- Tillack, Donald J. & Joseph E. Guthrie. “Wrought
and cast heat-resistant stainless steel and nickel alloys for the refining
and petrochemical industries”. Nickel Development Institute.(2002).
Comments
Post a Comment